Minggu, 15 Januari 2012

Pengaruh Herbisida Terhadap Perkecambahan Biji Gulma


PENDAHULUAN


Latar Belakang
Melihat pertambahan penduduk dunia yang meningkat, manusia mulai menghadapi berbagai masalah yang serius, terutama dalam penyediaan pangan, terkhusus bagi Negara yang bahan pangan pokoknya adalah beras. Bila dibandingkan dengan produksi padi yang tidak mencukupi untuk kebutuhan pangan daerah, maka diperlukan pengelolaan sawah terlebih dalam pengendalian gulma sebagai saingan tanaman padi. Indonesia sebagai negara yang berkembang dan berpenduduk padat, sangat merasakan pentingnya program penyediaan pangan (Muliyadi, 2005).
Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman padi. Gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok. Pada tanaman padi, biaya pengendalian gulma mencapai 50% dari biaya total produksi. Komunitas gulma dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan kultur teknis. Spesies gulma yang tumbuh bergantung pada pengairan, pemupukan, pengolahan tanah, dan cara pengendalian gulma (Soerjandono, 2005).
Gulma ialah tumbuhan pengganggu yang telah beradaptasi dalam ekosistim pertanaman, dan akan selalu terdapat disekitar tanaman budidaya. Gulma mampu berkembang dengan sangat cepat dengan memanfaatkan air, cahaya, nutrisi hara dan ruang tumbuh yang seharusnya di gunakan oleh tanaman, sehingga dapat merugikan tanaman. Kehadiran gulma pada lahan sawah dapat menimbulkan masalah penting karena dapat berpengaruh negatif (kompetisi) terhadap tanaman padi, pada kebutuhan atau syarat tumbuh (Adam, 2008).
Di tingkat petani, kehilangan hasil padi karena persaingan dengan gulma mencapai 10-15%. Karena terbatasnya tenaga kerja untuk menyiang, dalam mengendalikan gulma petani mulai beralih dari penyiangan secara manual ke pemakaian herbisida (Pane et al. 1999). Selain itu, penggunaan herbisida lebih ekonomis dan efektif mengendalikan gulma dibanding cara lain, terutama pada hamparan yang luas. Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi populasi gulma sehingga penurunan hasil secara ekonomis menjadi tidak berarti (Soerjandono, 2005).
Praktek penggunaan herbisida di lokasi pertanian terjadi karena kemampuan herbisida pada umumnya untuk mematikan beberapa jenis tumbuhan (gulma) tanpa menggangu jenis lain atau tanaman lain (tanaman pokok). Jika dibandingkan dengan pengendalian secara manual, biaya pengendalian akan semakin tinggi. Apalagi ketika kemampuan selektivitas herbisida dapat ditingkatkan, maka akan mempermudah pengendalian gulma dilapangan (Muliyadi, 2005).
Pemilihan jenis herbisida dan waktu aplikasi sangat menentukan keberhasilan pengendalian gulma. Sifat herbisida yang mematikan gulma adalah gabungan dari tosisitas dan persistensinya. Kedua sifat herbisida ini apabila dikelola akan dapat membantu upaya pengendalian gulma dalam jangka waktu yang panjang                (Adam, 2008).
Pada penggunaan herbisida terdapat keuntungan, namun demikian beberapa hal juga perlu dipertimbangkan sebelum pemakaian. Keuntungan pemakaian herbisida adalah: 1) pada umumnya ekonomis (tenaga kerja, waktu, modal),                2) gulma yang peka tertekan, 3) dapat menggantikan sebagian pengolahan lahan, 4) kerusakan akar lebih sedikit daripada cara mekanis 5) mengurangi erosi,                 6) dapat mengendalikan gulma sejak awal (pra tumbuh), 7) dapat menghemat waktu dan tenaga kerja, 8) dapat menjangkau tempat-tempat yang tidak tercapai secara manual/mekanis, 9) saat pengendalian dapat disesuaikan dengan waktu yang tersedia, 10) areal pemakaian dapat diperluas, 11) herbisida yang selektif dapat mematikan gulma yang tumbuh dekat tanaman, 12) dapat mengurangi gangguan terhadap struktur tanaman, 13) gulma yang mati dapat berfungsi sebagai mulsa dan berperan sebagai sumber bahan organik (Purba, 2004).
Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh suatu herbisida dalam perkecambahan biji gulma
Kegunaan Penulisan
-         Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-         Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan pembaca.








TINJAUAN PUSTAKA

Pada pengendalian gulma, mengendalikan gulma secara khemis merupakan salah satu cara pengendalian disamping pengendalian secara manual/mekanis. Dalam mengendalikan gulma secara khemis digunakan herbisida. Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan gulma. Secara kasat mata tanaman dan gulma memiliki morfologi yang hampir sama namun berbeda peran dalam pertanian. Penyemprot harus memastikan bahwa herbisida yang diberikan terarah pada gulma dan meniadakan persentuhan semprotan herbisida terhadap tanaman. Herbisida merupakan bagian atau anggota dari pestisida. Selain herbisida, pestisida terdiri atas insektisida, fungisida, bakterisida dan lain-lain (Sulistyo, 2003).
Cara kerja herbisida ikelompokkan menjadi dua, yaitu:
-         Herbisida Kontak
Yaitu herbisida yang hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis. Keistimewaanya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Contohnya adalah paraquat.
-         Herbisida Sistemik
Cara kerja herbisida ini dialirkan kedalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jarigan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai keperakarannya. Keistimewaannya dapat mematikan tunas-tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Contohnya  adalah glifosat, sulfosat.
(Noor, 1997).
Herbisida campuran sangat efektif untuk mengendalikan gulma dari golongan daun lebar tapi tidak mampu atau kurang efektif menekan pertumbuhan gulma dari golongan rumput dan teki. Selain itu perlakuan herbisida menyebabkan terjadi nya perubahan  lingkungan di per tanaman padi sehingga akan menyebabkan perubahan komposisi gulma yang ada. Pada pengendalian gulma secara manual yaitu dengan cara penyiangan terlihat bahwa gulma yang sangat dominan adalah dari golongan daun lebar. Hal ini disebab kan karena dengan penyiangan akan merubah struktur tanah dan menyebabkan biji-biji gulma terangkat ke permukaan tanah. Sebaliknya gulma golongan rumput dan teki relative lebih sedikit. Munculnya paspalum distichum sebagai gulma dominan pada cara pengendalian manual disebabkan pencabutan kemudian dibenam kan gulma tersebut ke dalam tanah (Adam, 2008).
Herbisida sistemik merupakan herbisida yang dapat ditranslokasikan ke seluruh tubuh tumbuhan sehingga pengaruhnya luas, antara lain sebagai penghambat photsintesis dan penghambat respirasi, serta penghambat perkecambahan dengan menghambat titik tumbuh kecambah gulma sehingga tidak dapat melanjutkan pertumbuhannya. Contoh karbamat dan tiokarbamat, N-feniliso karbamat dan CIPC untuk gulma semusim (Moenandir, 2001).
Clomazon, kalium MCPA, dan 2,4 D dimetil amina merupakan herbisida dengan persistensi rendah. Persistensi adalah lamanya aktivitas biologi herbisida dalam tanah yang merupakan akibat dari penyerapan, volatilisasi, pencucian, dan degradasi biologi ataupun nonbiologi. Pada umumnya persistensi herbisida di dalam tanah lebih pendek daripada insektisida dan bervariasi dari beberapa minggu hingga beberapa tahun, bergantung pada struktur dan sifat tanah serta kandungan air di dalam tanah. Herbisida persistensi rendah menandakan lamanya aktivitas biologi herbisida dalam tanah termasuk rendah (Soerjandono, 2005).
Penggolongan herbisida tersebut membawa implikasi pula terhadap cara dan saat penggunaannya sebagai berikut:
1.      Herbisida tanah (soil acting herbicides) diaplikasikan pada tanah sebelum gulma tumbuh. Herbisida ini disebut pula sebagai herbisida pra tumbuh (pre emergence herbicides)
2.      Herbisida yang aktif pada gulma yang sudah tumbuh diaplikasikan pada lahan yang sudah ada gulmanya. Herbisida demikian disebut sebagai herbisida pasca tumbuh (post emergence herbicides)
3.      Disamping itu, masih ada lagi herbisida pre-emergence yang sering disebut sebagai early-post emergence herbicide. Beberapa jenis ini dapat digunakan untuk pasca tumbuh awal
(Djojosumarto, 2008).
Dalam pengendalian species gulma yang berada di lahan sangat menentukan pada tindakan yang akan diambil. Bagi gulma annual akan berbeda dengan gulma perennial, demikaian pula dengan gulma yang berdaun sempit, berdaun lebar atau jenis teki-tekian. Dan juga gulma yang hidup di dataran rendah dan yang hidup di dataran tinggi (Muliyadi, 2005).
Berdasarkan respon terhadap herbisida dan morfologinya, gulma digolongkan menjadi empat yaitu:
a)      Gulma rerumputan (grasses weeds)
Ciri gulma ini berdaun pita, perakaran serabut, batang bulat, pipih, berlubang, atau massif. Umumnya monokotil dari keluarga Poaceae. Contohnya alang-alang, paitan, dan kawatan.
b)         Gulma berdaun lebar (broad leaves)
Gulma ini merupakan tumbuhan dikotil dan paku-pakuan. Misalnya ceplukan, wedusan dan sembung rapat.
c)         Gulma golongan teki (sedges)
Gulma golongan ini berasal dari keluarga Cyperaceae, tergolong monokotil, perakaran serabut, berdaun pita, batang bulat, segitiga, pipih dan massif. Daun tidak mempunyai lidah daun dan titik tumbuhnya tersembunyi. Misalnya teki dan udelan
d)         Gulma pakisan (fern)
Ialah gulma yang berasal dari keluarga pakisan. Misalnya pakis kadal (Dryopteris aridus) dan pakis kinca (Neprolesis biserata)
(Wudianto, 1999).
            Dalam perencanaan pengendalian gulma yang perlu diperhatikan adalah jumlah biji dari seluruh gulma yang ada, hal ini lebih penting dari jumlah individu gulma. Karena bijji gulma ini berfungsi sebagai sarana untuk mempertahankan jenisnya, memperbanyak dan menyebarkan diri, sehingga merupakan alat yang sangat penting sekali bagi gulma untuk memperbanyak dan menyenarkan diri. Sifat yang penting dari gulma yaitu dapat bertahan dari lingkungan yang tidak menguntungkan dengan membentuk biji-biji yang dorman, dan kemudian dapat aktif kembali bila keadaan lingkungan yang memungkinkan                                   (Sukman dan Yakup, 1995).
Asystasia intrusa memiliki toleransi tinggi terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan dan memiliki strategi tertentu untuk mengeksploitasi lingkungan. Pada daerah yang ternaungi, A. intrusa akan lebih banyak memproduksi organ vegetatif, sementara pada daerah terbuka akan lebih banyak memproduksi organ generative (Girsang, 2011).
http://kliniksawit.com/images/stories/Gulma/asystasia%20intrusa.jpg
Gbr. Asystasia intrusa

Kandungan kimia akar teki (Cyperus Rotundus) mengandung alkaloid, glikosidajantung, flavonoid dan minyak terbang (minyak menguap 0,3 – 1 % ) yang isinya bervariasi cyperol, cyperene I dan II, alfa – cyperone, Cyperotundone, dan cyperolone, Patcholulenone sineol, pinen, rotunal (Girsang, 2011).
             
       Gbr. Cyperus rotundus                                Gbr. Cyperus kyllingia

Akar Cyperus kyllingia hidup sepanjang tahun dengan ketinggian mencapai 10 sampai 75 cm. Biasanya tanaman liar ini tumbuh di kebun, di ladang dan di tempat lain sampai pada ketinggian 1000 m dari permukaan laut. membentuk bunga-bunga berbulir, mengelompok menjadi satu berupa payung. Ciri khasnya terletak pada buah-buahnya yang berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarna coklat, dengan panjang 1,5 - 4,5 cm dengan diameter 5 - 10 mm (Girsang, 2011).
Euphorbia hirta memiliki daun yang berlawanan, bulat telur sampai bulat telur lonjong 1-5 cm. Perbungaan timbul dari axils atau terminal dan terdiri dari tangkai dan 4 kelompok bunga (Girsang, 2011).
 
Gbr. Euphorbia hirta


Daun sederhana dan biasanya seluruh, dan berlawanan atau kadang-kadang melingkar; stipula hadir dan interpetiolar. Biasanya berada dalam perbungaan cymose . kelopak ini sebagian besar agak berkurang dan 4-5-lobed atau kadang-kadang lobus yang usang atau jarang salah satu dari mereka sangat diperluas dan berwarna cerah (Girsang, 2011).
Gbr. Borreria leavis
BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut. Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 7 April 2011 hingga 14 April 2011.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah Herbisida pre-emergence yaitu                  Ally 20 WDG sebagai bahan percobaan, Biji Gulma (Asystasia intrusa,                            Ciperus rotundus, Cyperus kyllingia, Euphorbia hirtal, dan Boreria leavis L.) sebagai bahan percobaan biji gulma yang akan diamati, Aquadest sebagai bahan pelarut yang netral untuk herbisida, Tiisue sebagai media perkecambahan biji gulma, dan Label sebagai pemberi tanda tiap-tiap biji gulma.
Adapun bahan yang digunakan adalah Beaker glass sebagai wadah utnuk melarutkan herbisida, Petridish sebagai wadah perkecambahan biji gulma,  Timbangan analitik sebagai alat untuk menimbang atau mengukur seberapa banyak yang akan digunakan, dan Handsprayer sebagai alat untuk aplikasi herbisida.
Metode Percobaan
-         Disiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan
-         Dilarutkan pestisida yang akan digunakan setelah ditimbang dalam aquadest secukupnya pada beaker glass
-         Dimasukkan larutan pestisida kedalam handsprayer
-         Dibasahi tissue lalu disusun didalam petridish Dimasukkan 5 jenis biji gulma sebanyak 10 biji untuk tiap-tiap jenis biji gulma pada masing-masing petridish
-         Dimasukkan 5 jenis biji gulma sebanyak 10 biji untuk tiap-tiap jenis biji gulma pada masing-masing petridish
-         Diberi label pada kelima petridish





































HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tanggal Pengamatan
Jenis Gulma
Perlakuan
Hidup
Mati
07 April 2011
Asystasia intrusa
-
10
Cyperus rotundus
-
10
Cyperus kyllingia
-
10
Euphorbia hirta
-
10
Boreria leavis
-
10
08 April 2011
Asystasia intrusa
-
10
Cyperus rotundus
-
10
Cyperus kyllingia
-
10
Euphorbia hirta
-
10
Boreria leavis
-
10
09 April 2011
Asystasia intrusa
-
10
Cyperus rotundus
-
10
Cyperus kyllingia
-
10
Euphorbia hirta
-
10
Boreria leavis
-
10

%tase Perkecambahan= Jumlah  biji  yang  berkecambah   x 100%
                                       Jumlah seluruh biji yang ditanam


Pembahasan
Dari hasil percobaan, diketahui bahwa 5 jenis gulma yang diujicobakan tidak ada yang berkecambah. Hal ini dikarenakan pemberian herbisida pada masa pre-emergence/ sebelum perkecambahan yang menyebabkan biji gulma terhadap perkembangannya, sehingga gulma tidak berkecambah. Hal ini sesuai dengan literature Sulistyo (2003), yang menyatakan bahwa herbisida dapat digunakan pada beberapa tingkat pengendalian, yaitu Pra semai (diaplikasikan sebelum biji disemai), Pra tanam (diaplikasikan sebelum biji ditanam), Pra tumbuh (diaplikasikan sebelum tanaman berkecambah), dan Pasca tumbuh (diaplikasikan setelah tanaman tumbuh). Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu atau terhambat.
Dari hasil percobaan, diketahui juga  bahwa biji yang diberikan pada perlakuan control juga tidak tumbuh. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya lingkungan yang tidak mendukung, suhu udara, biji yang ditanam kekurangan air serta perawatan yang kurang. Hal ini sesuai dengan literatur Sukman dan Yakup (1995) yang menyatakan bahwa tumbuhnya biji gulma dipengaruhi olehlingkungan, dan apabila tidak mendukung akan menghambat perkecambahan biji gulma.
Faktor yang menentukan kapan herbisida dapat diaplikasikan juga sangat berpengaruh pada keefektifan herbisida. Hal ini tergantung pada suhu, angin, presipitasi dan kelembaban udara. Dari hasil percobaan, hasil yang didapat setelah seminggu percobaan adalah persentase perkecambahan biji gulma 0%. Hal ini menunjukkan keefektifitasan pengaplikasian herbisida yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan literature Djojosoemarto (2008) bahwa respon pertumbuhan tanaman terhadap herbisida berbeda-beda. Faktor yang menentukan kapan aplikasi herbisida adalah suhu, angin, presipitasi dan kelembaban udara.
Dari percobaan, diketahui bahwa persentase perkecambahan biji gulma pada perlakuan herbisida dalah 0%. Hal ini disebabkan oleh pemilihan jenis herbisida dan waktu pengaplikasian yang tepat. Hal ini sesuai dengan literature Djojosoemarto (2008) yang menyatakan bahwa pemilihan jenis herbisida dan waktu aplikasi sangat menentukan keberhasilan pengendalian gulma, dimana sifat herbisida yang mematikan gulma adalah gabungan dari toksisitas dan persisitensinya.















KESIMPULAN


1.      Faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji gulma 0% adalah suhu, kelembaban dan lingkungan serta kelembaban biji kurang terjaga
2.      Salah satu penyebab persentase perkecambahan 0% adalah karena pemakaian herbisida yang tepat waktu
3.      Persentase perkecambahan biji gulma pada semua perlakuan adalah 0%
4.      Pemilihan jenis herbisida dan waktu pengaplikasian menentukan keberhasilan gulma
5.      Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih  adalah suhu, kelembaban, lingkungan dan faktor  benih itu sendiri














DAFTAR PUSTAKA


Adam, F. P.,2008. Pengaruh  Pencampuran  Herbisida dan  Persiapan  Lahan  Terhadap   Pertumbuhan  dan  Hasil Padi  Sawah (Herbicide Mixture and Land Preparation on Growth and Yield of Rice). Univ Brawijaya. Malang. Diakses melalui http://eprints.unbraw.ac.id/1094/1/4.pdf pada tanggal 09 April 2011.

Djojosoemarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Girsang, J. 2011. Tinjauan Pustaka Karakteristik Tanaman Pengganggu dalam Dunia Tumbuhan ... Diakses melalui http://repository.usu.ac.id/beatstream/chapter %20II.pdf pada tanggal 09 April 2011.

Moenandir, J. 2005. Fisiologi Herbisida. Rajawali Pers. Jakarta.

Muliyadi, 2005. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi. IPB Press. Bogor. Diakses melalui http://iirc.ipb.ac.id /ispui/beastream. pengendalian kimiawi,pdf pada tanggal 09 April 2011.

Noor, E. S. 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Proyek Penenlitian Pengembangan Pertanian Rawa Terapadu ISDP. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Diakses melalui http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/isdp102.pdf pada tanggal 09 April 2011.

Purba, E. 2009. Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Ristop 240 AS Terhadap Gulma Pada Budidaya Karet Menghasilkan. Fakultas Pertanian. USU Press. Diakses melalui http://repository.usu.ac.id/123456789/Chapter%20 Pada tanggal 09 April 2011.
Soerjandono, 2005. Teknik Pengendalian Gulma dengan Herbisida Persistensi Rendah pada Tanaman Padi. Diakses melalui http:// Faperta-unswagati.com/pdf  Pada tanggal 09 April 2011

Sukman, Y. dan Yakup., 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sulistyo, 2003. Pendahulan. USU Press. Medan. Diakses melalui http://repository.usujurnal.ac.id/123456789/Chapter%20 Pada tanggal 09 April 2011.
Wudianto, R. 1999. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.
DAFTAR GAMBAR

 

No.                  Gambar                        Keterangan                               Hal

1                      Gambar 1                     Gulma Asystasia intrusa          8
2                      Gambar 2                     Gulma Cyperus rotundus         8                       
3                      Gambar 3                     Gulma Cyperus kyllingia         8
4                      Gambar 4                     Gulma Euphorbia hirta           9
5                      Gambar 5                     Gulma Borreria leavis           10
 

2 komentar:

  1. Baccarat - How to Play Baccarat - Worrione
    Play baccarat in American and European casino games. Get your chance to win big kadangpintar and get a 바카라 little richer with 샌즈카지노 the bet! If you don't understand, it's a

    BalasHapus
  2. Hard Rock Hotel & Casino Maryland - Dr.MCD
    Hard Rock Hotel & Casino in Hanover features luxurious hotel 파주 출장안마 rooms, 남원 출장샵 exciting dining options and a variety 강원도 출장안마 of 영주 출장샵 entertainment options for all 출장안마 ages. The property also

    BalasHapus