PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Melihat pertambahan penduduk
dunia yang meningkat, manusia mulai menghadapi berbagai masalah yang serius,
terutama dalam penyediaan pangan, terkhusus bagi Negara yang bahan pangan
pokoknya adalah beras. Bila dibandingkan dengan produksi padi yang tidak
mencukupi untuk kebutuhan pangan daerah, maka diperlukan pengelolaan sawah
terlebih dalam pengendalian gulma sebagai saingan tanaman padi. Indonesia
sebagai negara yang berkembang dan berpenduduk padat, sangat merasakan pentingnya
program penyediaan pangan (Muliyadi, 2005).
Gulma merupakan salah satu faktor pembatas
produksi tanaman padi. Gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding
tanaman pokok. Pada tanaman padi, biaya pengendalian gulma mencapai 50% dari
biaya total produksi. Komunitas gulma dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berkaitan dengan kultur teknis. Spesies gulma yang tumbuh bergantung pada
pengairan, pemupukan, pengolahan tanah, dan cara pengendalian gulma
(Soerjandono, 2005).
Gulma ialah tumbuhan pengganggu yang telah beradaptasi dalam
ekosistim pertanaman, dan akan selalu terdapat disekitar tanaman budidaya.
Gulma mampu berkembang dengan sangat cepat dengan memanfaatkan air, cahaya,
nutrisi hara dan ruang tumbuh yang seharusnya di gunakan oleh tanaman, sehingga
dapat merugikan tanaman. Kehadiran gulma pada lahan sawah dapat menimbulkan
masalah penting karena dapat berpengaruh negatif (kompetisi) terhadap tanaman
padi, pada kebutuhan atau syarat tumbuh (Adam, 2008).
Di tingkat
petani, kehilangan hasil padi karena persaingan dengan gulma mencapai 10-15%.
Karena terbatasnya tenaga kerja untuk menyiang, dalam mengendalikan gulma petani
mulai beralih dari penyiangan secara manual ke pemakaian herbisida (Pane et
al. 1999). Selain itu, penggunaan herbisida lebih ekonomis dan efektif
mengendalikan gulma dibanding cara lain, terutama pada hamparan yang luas. Pengendalian
gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi populasi gulma sehingga
penurunan hasil secara ekonomis menjadi tidak berarti (Soerjandono, 2005).
Praktek penggunaan herbisida di
lokasi pertanian terjadi karena kemampuan herbisida pada umumnya untuk
mematikan beberapa jenis tumbuhan (gulma) tanpa menggangu jenis lain atau
tanaman lain (tanaman pokok). Jika dibandingkan dengan pengendalian secara
manual, biaya pengendalian akan semakin tinggi. Apalagi ketika kemampuan
selektivitas herbisida dapat ditingkatkan, maka akan mempermudah pengendalian
gulma dilapangan (Muliyadi, 2005).
Pemilihan jenis herbisida dan waktu aplikasi sangat
menentukan keberhasilan pengendalian gulma. Sifat herbisida yang mematikan
gulma adalah gabungan dari tosisitas dan persistensinya. Kedua sifat herbisida
ini apabila dikelola akan dapat membantu upaya pengendalian gulma dalam jangka
waktu yang panjang (Adam,
2008).
Pada penggunaan herbisida terdapat keuntungan, namun
demikian beberapa hal juga perlu dipertimbangkan sebelum pemakaian. Keuntungan
pemakaian herbisida adalah: 1) pada umumnya ekonomis (tenaga kerja, waktu,
modal), 2) gulma yang peka tertekan, 3) dapat menggantikan
sebagian pengolahan lahan, 4) kerusakan akar lebih sedikit daripada cara
mekanis 5) mengurangi erosi,
6) dapat mengendalikan gulma
sejak awal (pra tumbuh), 7) dapat menghemat waktu dan tenaga kerja, 8) dapat
menjangkau tempat-tempat yang tidak tercapai secara manual/mekanis, 9) saat
pengendalian dapat disesuaikan dengan waktu yang tersedia, 10) areal pemakaian
dapat diperluas, 11) herbisida yang selektif dapat mematikan gulma yang tumbuh
dekat tanaman, 12) dapat mengurangi gangguan terhadap struktur tanaman, 13)
gulma yang mati dapat berfungsi sebagai mulsa dan berperan sebagai sumber bahan
organik (Purba, 2004).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini
adalah untuk mengetahui pengaruh suatu herbisida dalam perkecambahan biji gulma
Kegunaan Penulisan
-
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti
praktikal test di Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi Departemen Hama
dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-
Sebagai bahan informasi untuk menambah
pengetahuan pembaca.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada pengendalian gulma, mengendalikan gulma secara khemis
merupakan salah satu cara pengendalian disamping pengendalian secara
manual/mekanis. Dalam mengendalikan gulma secara khemis digunakan herbisida.
Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mematikan atau menghambat
pertumbuhan gulma. Secara kasat mata tanaman dan gulma memiliki morfologi yang
hampir sama namun berbeda peran dalam pertanian. Penyemprot harus memastikan bahwa
herbisida yang diberikan terarah pada gulma dan meniadakan persentuhan
semprotan herbisida terhadap tanaman. Herbisida merupakan bagian atau anggota
dari pestisida. Selain herbisida, pestisida terdiri atas insektisida,
fungisida, bakterisida dan lain-lain (Sulistyo, 2003).
Cara kerja herbisida ikelompokkan menjadi dua, yaitu:
-
Herbisida Kontak
Yaitu herbisida yang hanya
mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau
daun dan aktif berfotosintesis. Keistimewaanya, dapat membasmi gulma secara
cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati.
Contohnya adalah paraquat.
-
Herbisida Sistemik
Cara kerja herbisida ini
dialirkan kedalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jarigan sasarannya
seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai keperakarannya. Keistimewaannya dapat
mematikan tunas-tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan
gulma tersebut. Contohnya adalah
glifosat, sulfosat.
(Noor, 1997).
Herbisida campuran sangat
efektif untuk mengendalikan gulma dari golongan daun lebar tapi tidak mampu
atau kurang efektif menekan pertumbuhan gulma dari golongan rumput dan teki.
Selain itu perlakuan herbisida menyebabkan terjadi nya perubahan lingkungan di per tanaman padi sehingga akan
menyebabkan perubahan komposisi gulma yang ada. Pada pengendalian gulma secara
manual yaitu dengan cara penyiangan terlihat bahwa gulma yang sangat dominan
adalah dari golongan daun lebar. Hal ini disebab kan karena dengan penyiangan
akan merubah struktur tanah dan menyebabkan biji-biji gulma terangkat ke
permukaan tanah. Sebaliknya gulma golongan rumput dan teki relative lebih
sedikit. Munculnya paspalum distichum sebagai gulma dominan pada cara
pengendalian manual disebabkan pencabutan kemudian dibenam kan gulma tersebut
ke dalam tanah (Adam, 2008).
Herbisida sistemik merupakan
herbisida yang dapat ditranslokasikan ke seluruh tubuh tumbuhan sehingga
pengaruhnya luas, antara lain sebagai penghambat photsintesis dan penghambat
respirasi, serta penghambat perkecambahan dengan menghambat titik tumbuh
kecambah gulma sehingga tidak dapat melanjutkan pertumbuhannya. Contoh karbamat
dan tiokarbamat, N-feniliso karbamat dan CIPC untuk gulma semusim (Moenandir,
2001).
Clomazon, kalium MCPA, dan 2,4 D dimetil amina
merupakan herbisida dengan persistensi rendah. Persistensi adalah lamanya
aktivitas biologi herbisida dalam tanah yang merupakan akibat dari penyerapan,
volatilisasi, pencucian, dan degradasi biologi ataupun nonbiologi. Pada umumnya
persistensi herbisida di dalam tanah lebih pendek daripada insektisida dan
bervariasi dari beberapa minggu hingga beberapa tahun, bergantung pada struktur
dan sifat tanah serta kandungan air di dalam tanah. Herbisida persistensi
rendah menandakan lamanya aktivitas biologi herbisida dalam tanah termasuk
rendah (Soerjandono, 2005).
Penggolongan herbisida tersebut membawa
implikasi pula terhadap cara dan saat penggunaannya sebagai berikut:
1.
Herbisida tanah (soil acting herbicides) diaplikasikan
pada tanah sebelum gulma tumbuh. Herbisida ini disebut pula sebagai herbisida
pra tumbuh (pre emergence herbicides)
2.
Herbisida yang aktif pada gulma
yang sudah tumbuh diaplikasikan pada lahan yang sudah ada gulmanya. Herbisida
demikian disebut sebagai herbisida pasca tumbuh (post emergence herbicides)
3.
Disamping itu, masih ada lagi
herbisida pre-emergence yang sering
disebut sebagai early-post emergence
herbicide. Beberapa jenis ini dapat digunakan untuk pasca tumbuh awal
(Djojosumarto,
2008).
Dalam
pengendalian species gulma yang berada di lahan sangat menentukan pada tindakan
yang akan diambil. Bagi gulma annual akan berbeda dengan gulma perennial,
demikaian pula dengan gulma yang berdaun sempit, berdaun lebar atau jenis
teki-tekian. Dan juga gulma yang hidup di dataran rendah dan yang hidup di
dataran tinggi (Muliyadi, 2005).
Berdasarkan respon terhadap herbisida dan morfologinya,
gulma digolongkan menjadi empat yaitu:
a)
Gulma rerumputan (grasses weeds)
Ciri gulma ini berdaun pita,
perakaran serabut, batang bulat, pipih, berlubang, atau massif. Umumnya
monokotil dari keluarga Poaceae. Contohnya alang-alang, paitan, dan kawatan.
b)
Gulma berdaun lebar (broad leaves)
Gulma ini merupakan tumbuhan
dikotil dan paku-pakuan. Misalnya ceplukan, wedusan dan sembung rapat.
c)
Gulma golongan teki (sedges)
Gulma golongan ini berasal dari
keluarga Cyperaceae, tergolong monokotil, perakaran serabut, berdaun pita,
batang bulat, segitiga, pipih dan massif. Daun tidak mempunyai lidah daun dan
titik tumbuhnya tersembunyi. Misalnya teki dan udelan
d)
Gulma pakisan (fern)
Ialah gulma yang berasal dari
keluarga pakisan. Misalnya pakis kadal (Dryopteris
aridus) dan pakis kinca (Neprolesis
biserata)
(Wudianto, 1999).
Dalam perencanaan pengendalian gulma
yang perlu diperhatikan adalah jumlah biji dari seluruh gulma yang ada, hal ini
lebih penting dari jumlah individu gulma. Karena bijji gulma ini berfungsi
sebagai sarana untuk mempertahankan jenisnya, memperbanyak dan menyebarkan
diri, sehingga merupakan alat yang sangat penting sekali bagi gulma untuk
memperbanyak dan menyenarkan diri. Sifat yang penting dari gulma yaitu dapat
bertahan dari lingkungan yang tidak menguntungkan dengan membentuk biji-biji
yang dorman, dan kemudian dapat aktif kembali bila keadaan lingkungan yang
memungkinkan (Sukman dan Yakup, 1995).
Asystasia
intrusa memiliki toleransi
tinggi terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan dan memiliki
strategi tertentu untuk mengeksploitasi lingkungan. Pada daerah yang ternaungi,
A. intrusa akan lebih banyak memproduksi organ vegetatif, sementara pada
daerah terbuka akan lebih banyak memproduksi organ generative (Girsang,
2011).
Gbr. Asystasia intrusa
Kandungan
kimia akar teki (Cyperus
Rotundus) mengandung
alkaloid, glikosidajantung, flavonoid dan minyak terbang (minyak menguap 0,3 –
1 % ) yang isinya bervariasi cyperol, cyperene I dan II, alfa – cyperone,
Cyperotundone, dan cyperolone, Patcholulenone sineol, pinen, rotunal (Girsang,
2011).
Gbr. Cyperus rotundus Gbr. Cyperus
kyllingia
Akar Cyperus
kyllingia hidup sepanjang tahun dengan ketinggian mencapai 10 sampai
75 cm. Biasanya tanaman liar ini tumbuh di kebun, di ladang dan di tempat lain
sampai pada ketinggian 1000 m dari permukaan laut. membentuk bunga-bunga
berbulir, mengelompok menjadi satu berupa payung. Ciri khasnya terletak pada
buah-buahnya yang berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, kadang-kadang
melekuk berwarna coklat, dengan panjang 1,5 - 4,5 cm dengan diameter 5 - 10 mm
(Girsang, 2011).
Euphorbia hirta memiliki daun yang berlawanan, bulat telur sampai bulat
telur lonjong 1-5 cm. Perbungaan timbul dari axils atau terminal dan terdiri
dari tangkai dan 4 kelompok bunga (Girsang, 2011).
Gbr. Euphorbia hirta
Daun sederhana dan biasanya seluruh, dan berlawanan
atau kadang-kadang melingkar; stipula
hadir dan interpetiolar. Biasanya berada dalam perbungaan
cymose . kelopak ini sebagian besar agak berkurang dan 4-5-lobed atau
kadang-kadang lobus yang usang
atau jarang salah satu dari mereka sangat diperluas dan berwarna
cerah (Girsang, 2011).
Gbr. Borreria leavis
BAHAN DAN METODE
Tempat
dan Waktu Percobaan
Percobaan
ini dilaksanakan di Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter diatas
permukaan laut. Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 7 April 2011 hingga 14
April 2011.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan
adalah Herbisida pre-emergence yaitu Ally 20 WDG sebagai bahan
percobaan, Biji Gulma (Asystasia
intrusa,
Ciperus rotundus, Cyperus kyllingia, Euphorbia hirtal, dan Boreria
leavis L.) sebagai bahan percobaan biji gulma yang akan diamati, Aquadest
sebagai bahan pelarut yang netral untuk herbisida, Tiisue sebagai media
perkecambahan biji gulma, dan Label sebagai pemberi tanda tiap-tiap biji gulma.
Adapun bahan yang digunakan
adalah Beaker glass sebagai wadah utnuk melarutkan herbisida, Petridish sebagai
wadah perkecambahan biji gulma,
Timbangan analitik sebagai alat untuk menimbang atau mengukur seberapa
banyak yang akan digunakan, dan Handsprayer sebagai alat untuk aplikasi
herbisida.
Metode
Percobaan
-
Disiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan
-
Dilarutkan pestisida yang akan digunakan setelah
ditimbang dalam aquadest secukupnya pada beaker glass
-
Dimasukkan larutan pestisida kedalam handsprayer
-
Dibasahi tissue lalu disusun didalam petridish
Dimasukkan 5 jenis biji gulma sebanyak 10 biji untuk tiap-tiap jenis biji gulma
pada masing-masing petridish
-
Dimasukkan 5 jenis biji gulma sebanyak 10 biji
untuk tiap-tiap jenis biji gulma pada masing-masing petridish
-
Diberi label pada kelima petridish
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil
Tanggal
Pengamatan
|
Jenis
Gulma
|
Perlakuan
|
|
Hidup
|
Mati
|
||
07
April 2011
|
Asystasia intrusa
|
-
|
10
|
Cyperus rotundus
|
-
|
10
|
|
Cyperus kyllingia
|
-
|
10
|
|
Euphorbia hirta
|
-
|
10
|
|
Boreria leavis
|
-
|
10
|
|
08
April 2011
|
Asystasia intrusa
|
-
|
10
|
Cyperus rotundus
|
-
|
10
|
|
Cyperus kyllingia
|
-
|
10
|
|
Euphorbia hirta
|
-
|
10
|
|
Boreria leavis
|
-
|
10
|
|
09
April 2011
|
Asystasia intrusa
|
-
|
10
|
Cyperus rotundus
|
-
|
10
|
|
Cyperus kyllingia
|
-
|
10
|
|
Euphorbia hirta
|
-
|
10
|
|
Boreria leavis
|
-
|
10
|
%tase
Perkecambahan= Jumlah biji yang
berkecambah x 100%
Jumlah seluruh biji yang ditanam
Pembahasan
Dari hasil percobaan, diketahui
bahwa 5 jenis gulma yang diujicobakan tidak ada yang berkecambah. Hal ini
dikarenakan pemberian herbisida pada masa pre-emergence/ sebelum perkecambahan
yang menyebabkan biji gulma terhadap perkembangannya, sehingga gulma tidak
berkecambah. Hal ini sesuai dengan literature Sulistyo (2003), yang menyatakan
bahwa herbisida dapat digunakan pada beberapa tingkat pengendalian, yaitu Pra
semai (diaplikasikan sebelum biji disemai), Pra tanam (diaplikasikan sebelum
biji ditanam), Pra tumbuh (diaplikasikan sebelum tanaman berkecambah), dan
Pasca tumbuh (diaplikasikan setelah tanaman tumbuh). Hal ini dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman terganggu atau terhambat.
Dari hasil percobaan, diketahui
juga bahwa biji yang diberikan pada
perlakuan control juga tidak tumbuh. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya lingkungan yang tidak mendukung, suhu udara, biji yang
ditanam kekurangan air serta perawatan yang kurang. Hal ini sesuai dengan
literatur Sukman dan Yakup (1995) yang menyatakan bahwa tumbuhnya biji gulma
dipengaruhi olehlingkungan, dan apabila tidak mendukung akan menghambat
perkecambahan biji gulma.
Faktor yang menentukan kapan
herbisida dapat diaplikasikan juga sangat berpengaruh pada keefektifan
herbisida. Hal ini tergantung pada suhu, angin, presipitasi dan kelembaban
udara. Dari hasil percobaan, hasil yang didapat setelah seminggu percobaan
adalah persentase perkecambahan biji gulma 0%. Hal ini menunjukkan
keefektifitasan pengaplikasian herbisida yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan
literature Djojosoemarto (2008) bahwa respon pertumbuhan tanaman terhadap
herbisida berbeda-beda. Faktor yang menentukan kapan aplikasi herbisida adalah
suhu, angin, presipitasi dan kelembaban udara.
Dari percobaan, diketahui bahwa
persentase perkecambahan biji gulma pada perlakuan herbisida dalah 0%. Hal ini
disebabkan oleh pemilihan jenis herbisida dan waktu pengaplikasian yang tepat.
Hal ini sesuai dengan literature Djojosoemarto (2008) yang menyatakan bahwa
pemilihan jenis herbisida dan waktu aplikasi sangat menentukan keberhasilan
pengendalian gulma, dimana sifat herbisida yang mematikan gulma adalah gabungan
dari toksisitas dan persisitensinya.
KESIMPULAN
1. Faktor
yang mempengaruhi perkecambahan biji gulma 0% adalah suhu, kelembaban dan
lingkungan serta kelembaban biji kurang terjaga
2. Salah
satu penyebab persentase perkecambahan 0% adalah karena pemakaian herbisida
yang tepat waktu
3. Persentase
perkecambahan biji gulma pada semua perlakuan adalah 0%
4. Pemilihan
jenis herbisida dan waktu pengaplikasian menentukan keberhasilan gulma
5. Faktor
yang mempengaruhi perkecambahan benih
adalah suhu, kelembaban, lingkungan dan faktor benih itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Adam, F.
P.,2008. Pengaruh Pencampuran Herbisida dan
Persiapan Lahan Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Padi
Sawah (Herbicide Mixture and Land Preparation on Growth
and Yield of Rice). Univ Brawijaya.
Malang. Diakses melalui http://eprints.unbraw.ac.id/1094/1/4.pdf
pada tanggal 09 April 2011.
Djojosoemarto,
P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Girsang, J.
2011. Tinjauan
Pustaka Karakteristik Tanaman
Pengganggu dalam Dunia Tumbuhan ... Diakses melalui
http://repository.usu.ac.id/beatstream/chapter %20II.pdf pada
tanggal 09 April 2011.
Moenandir,
J. 2005. Fisiologi Herbisida. Rajawali Pers. Jakarta.
Muliyadi,
2005. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi. IPB Press. Bogor. Diakses melalui http://iirc.ipb.ac.id
/ispui/beastream. pengendalian kimiawi,pdf pada tanggal 09 April
2011.
Noor,
E. S. 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Proyek Penenlitian
Pengembangan Pertanian Rawa Terapadu ISDP. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Diakses melalui http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/isdp102.pdf
pada tanggal 09 April 2011.
Purba, E. 2009. Pengujian
Lapangan Efikasi Herbisida Ristop 240 AS Terhadap Gulma Pada Budidaya Karet
Menghasilkan. Fakultas Pertanian. USU Press. Diakses melalui http://repository.usu.ac.id/123456789/Chapter%20 Pada tanggal
09 April 2011.
Soerjandono, 2005. Teknik
Pengendalian Gulma dengan Herbisida Persistensi Rendah pada Tanaman Padi.
Diakses melalui http:// Faperta-unswagati.com/pdf Pada tanggal 09 April 2011
Sukman, Y. dan Yakup., 1995. Gulma dan Teknik
Pengendaliannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sulistyo, 2003. Pendahulan. USU Press. Medan. Diakses
melalui http://repository.usujurnal.ac.id/123456789/Chapter%20
Pada tanggal 09 April 2011.
Wudianto, R. 1999. Petunjuk
Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Keterangan Hal
1 Gambar 1 Gulma Asystasia intrusa 8
2 Gambar
2 Gulma Cyperus rotundus 8
3 Gambar 3 Gulma Cyperus kyllingia 8
4 Gambar 4 Gulma Euphorbia hirta 9
5 Gambar 5 Gulma Borreria leavis 10
Baccarat - How to Play Baccarat - Worrione
BalasHapusPlay baccarat in American and European casino games. Get your chance to win big kadangpintar and get a 바카라 little richer with 샌즈카지노 the bet! If you don't understand, it's a
Hard Rock Hotel & Casino Maryland - Dr.MCD
BalasHapusHard Rock Hotel & Casino in Hanover features luxurious hotel 파주 출장안마 rooms, 남원 출장샵 exciting dining options and a variety 강원도 출장안마 of 영주 출장샵 entertainment options for all 출장안마 ages. The property also